Mengapa Sengketa Pulau Dokdo atau Takeshima Tidak Kunjung Usai

Wilayah yang biasanya meliputi daratan, lautan dan juga udara ini merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah negara. hukum internasional mengatakan bahwa kedaulatan paling penting dan tinggi adalah kekuasaan tertinggi sebuah negara itu dibatasi oleh batas wilayah negara tersebut. Maka dari itu dapat diartikan bahwa kekuasaan sebuah negara hanya bisa berlaku di wilayah kekuasaan negara tersebut saja. Maka dari itu, kejelasan batas wilayah satu negara dengan negara lain merupakan hal yang sangat penting dan merupakan hal yang sangat sensitif bagi seluruh negara (Kusumaatjaya & Agoes, 2003). Oleh sebab itu, terkadang terjadi konflik atau masalah antar-negara yang mengalami perebutan wilayah ini. Sepenting itulah masalah kekuasaan wilayah bagi suatu negara.   Banyak negara yang mengalami kesalahpahaman mengenai batas-batas antar-negara, terutama negara yang berdekatan satu sama lain, salah satunya seperti kesalahpahaman atau masalah sengketa perbatasan wilayah. Sengketa merupakan konflik atau permasalahan yang terus berlanjut dan belum ada penyelesaiannya. Negara yang mengalami sengketa dalah satunya adalah kedua negara bagian Asia Timur, yaitu negara Jepang dan Korea Selatan. Sengketa atau perebutan wilayah yang terjadi di pulau Dokdo (sebutan dari Korea Selatan) atau pulau Takeshima (sebutan dari Jepang) ini sudah berlangsung sangat lama. Kasus sengketa ini muncul sejak akhir dari perang dunia ke-II. Pulau Dokdo atau Takeshima ini merupakan pulau karang yang berada 134 mil laut Korea Selatan

Pengaruh Korean Hip-Hop Terhadap Internasionalisasi Budaya Korea Selatan

Dengan munculnya globalisasi, batas-batas antar-negara sudah semakin menghilang. Hal ini memudahkan bagi negara untuk melakukan pengenalan budaya negaranya ke dunia luas. Proses Internasionalisasi budaya ini sangat erat dengan adanya kemajuan teknologi dan globalisasi. Adanya kemudahan ini menjadi jalan emas bagi pemerintah atau aktor hubungan internasional yang lain untuk menguasai dunia dengan cara soft power. Aktor hubungan internasional bisa menggunakan budaya sebagai cara untuk mendominasi dunia. Salah satu negara yang telah berhasil dalam proses internasionalisasi budaya ini adalah Korea Selatan melalui Korean Wave atau gelombang budaya Korea Selatan ini memang sudah tidak asing lagi bagi banyak orang, bahkan yang tidak mengikuti arus Korean wave inipun mengetahui setidaknya sedikit dari budaya Korea Selatan ini. Karena memang peminat negeri gingseng di dunia ini memang sangat banyak. Penyebaran budaya pada saat inimudah untuk disebar luaskan dan dinikmati oleh masyarakat dengan menggunakan media seperti film, video dan surat kabar (McQuail, 2011). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa banyak cara dan juga kesempatan bagi Korea Selatan menyebarkan kebudayaannya yang unik ini, bisa melalui series film atau drama, variety shows dan juga musiknya.

Upaya Jepang dalam mengatasi pengaruh Aging Society di bidang Ekonomi melalui Womenomics

Dewasa ini, perubahan demografi atau kependudukan menjadi salah satu permasalahan yang banyak terjadi di beberapa negara di dunia. Permasalahan demografi ini bukan lagi hanya permasalahan domestik suatu negara saja, namun telah menjadi permasalahan dunia internasional. Perubahan demografi dapat berupa pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat (over population), penurunan jumlah penduduk (declining population) maupun penuaan populasi (aging population). Perubahan ini pun mempengaruhi berbagai sektor kehidupan seperti dalam bidang ekonomi, sosial, pertahanan, keamanan, kesehatan, dan lain sebagainya.   Saat ini banyak negara maju sedang mengalami masalah populasi, dimana tingkat populasi pada negara-negara maju sedang menghadapi penurunan, hal ini disebabkan salah satunya karena rendahnya minat para generasi muda untuk memiliki keluarga sehingga berdampak kepada rendahnya angka kelahiran. Bersamaan dengan rendahnya kelahiran, jumlah penduduk yang mulai memasuki usia tua pun meningkat dengan pesat sehingga ketimpangan populasi pun terjadi, fenomena ini biasa dikenal dengan nama aging population. Jepang merupakan negara maju yang sedang mengalami masalah tersebut, masalah ini tentunya menjadi hal yang serius karena dapat berdampak buruk salah satunya terhadap kondisi ekonomi khususnya dalam sektor ketenagakerjaan. Untuk menyelesaikan masalah ini, pemerintah Jepang berupaya menerapkan beberapa kebijakan untuk mengatasinya. Penurunan jumlah penduduk yang terjadi secara langsung akan melemahkan daya saing Jepang dalam ekonomi global di masa depan. Saat ini, Jepang tetap berada di dalam angkatan kerja yang lebih lama dibandingkan dengan negara-negara industri lainnya.   Selanjutnya, Menurut laporan yang dikeluarkan oleh World Bank (2019), Jepang juga telah mengalami peningkatan dependency ratio. Dependency ratio merupakan rasio yang memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat yang tidak produktif kepada masyarakat yang produktif. Pada tahun 2010 hingga 2015 dependency ratio Jepang berjumlah 55.892 menjadi 63.958, untuk old dependency ratio berjumlah 35.073 menjadi 42.661, sedangkan untuk young dependency ratio berjumlah 20.819 menjadi 21.297 (World