Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai suatu pikiran, adat istiadat, suatu yang sudah berkembang sejak lama, sesuatu yang memang sudah menjadi kebiasaan sekumpulan orang tertentu yang sulit untuk diubah. Dalam istilah sehari-hari, orang-orang biasanya mengartikan budaya sama dengan tradisi (Kamila, 2019). Hubungan budaya dengan pembangunan ekonomi suatu negara sudah menjadi perhatian para ahli sejak lama. Dalam buku Max Weber yang berjudul “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” dijelaskan bahwa, etika kristiani protestan yang melekat pada masyarakat Eropa akan mendorongan modernitas dan kemajuan di Eropa.
Relasi antara budaya dan pembangunan dapat diartikan menjadi dua arti yaitu, sebagai target atau agen sebuah perubahan. Suatu budaya akan dijadikan agen perubahan utama akibat beberapa faktor, budaya menghasilkan suatu kondisi material karena budaya menghasilkan aksi serta simbol, lalu budaya juga mampu memberi dampak terhadap individu untuk memperbaiki struktur suatu lembaga serta lingkungannya (Barro & McCleary 2003).
Modernisasi Jepang berawal pada periode Restorasi Meiji. Ibu kota pindah ke Tokyo, mulai adanya kereta api, telegram, kapal uap dan berbagai tekonlogi baru lainnya yang didapatkan dari negara barat namun diberikan sentuhan khas Jepang itu sendiri (Putri, 2015). Tahun 1868, epatnya periode Restorasi Meiji, kebudayaan Jepang menghadapi banyak tantangan akibat masuknya budaya Barat yang merupakan dampak dari dibukanya Jepang setelah sekian lama. Berawal dari datangnya pasukan Amerika Serikat, Jepang terpaksa mengakui keunggulan Amerika Serikat dalam hal kemajuan serta teknologi. Dengan datangnya pasukan dari AS ini, pada akhirnya menimbulkan pertanyaan mengenai kapasitas, identitas, hingga pembangunan negara Jepang yang semakin besar (Cullen, 2003). Jepang pun melakukan pembaruan dan mencari kembali nilai-nilai Jepang itu sendiri yang kemudian disesuaikan dengan ide-ide Barat yang lebih maju.
Terdapat empat motto yang mampu mendeskripsikan masyarakat Jepang ketika bertindak dan berpikir pada era sebelum dan sesudah Restorasi Meiji. Pertama, fukoku kyohei berarti memperkaya negara serta memperkuat milter. Kedua wakon yosai berarti semangat Jepang dengan kemampuan seperti Barat. Ketiga, datsua nyuo yang berarti meninggalkan Asia lalu bergabung bersama Eropa. Keempat, bunmei keika yang berarti menjadi bermoral (Cullen, 2003).
Jepang merealisasikan bentuk imitasi model keorganisasian Barat dalam bentuk pembangunan Jepang, sebagai reaksi terhadap “penghinaan” yang Jepang rasakan. Ketika Jepang memulai pembangunannya pada awal 1870-an, terjadi perubahan sosial yang disebut Kenneth Boulding (Westney, 1987) yaitu sebuah proses organizational revolution. Revolusi Organisasi ini berarti adanya suatu peningkatan yang signifikan dalam jumlah, ukuran, kekuatan organisasi dari sektor-sektor yang ada. Revolusi inilah yang dianggap menjadi landasan utama dari perubahan ekonomi, budaya dan politik dalam sebuah negara pada abad ke-19 hingga abad ke-20. Di Jepang sendiri, dengan adanya revolusi organisasi ini menjadi dasar perkembangan Jepang dalam banyak kegiatan dan kapasitas negara, serta itu pula yang menjadikan dorongan dari timbulnya konsep perusahaan bisnis modern yang memiliki banyak bagian metode berbeda serta dikelola oleh tingkat eksekutif, yang bertujuan menghasilkan beragam model baru konsumsi, rekreasi hingga kegiatan politik (Westney 1987).
Selain itu, masyarakat Jepang memiliki sebuah filosofi ‘Monozukuri’ yang telah berakar selama kurang lebih 1000 tahun. ‘Monozukuri’ miliki arti tersendiri yaitu, mempunyai rasa semangat memproduksi serta menciptakan produk-produk terbaik, bersamaan dengan kemampuan untuk terus menyempurnakan proses hingga sistem produksi di dalamnya. Dalam filosofi ini, masyarakat Jepang menekankan proses kegiatan produksi yang penuh dengan ketelitian, kesungguhan serta ketangguhan (Putri, 2015).
Referensi
Cullen, L., M. (2003). A History of Japan, 1582-1941: Internal and External Worlds. Cambridge University Press.
Hennida, C., Felayati, R., A., Wijayanti, S., H., & Perdana, A., R. (2016). Budaya dan Pembangunan Ekonomi di Jepang, Korea Selatan dan China. Global & Strategis, 10(2), 248–263. https://e-journal.unair.ac.id/JGS/article/view/7009
Putri, A., A. (2015, 28 Mei). Ini Dia… Rahasia Sukses Jepang Bangun Kekuatan Ekonomi Dunia. Kompas.com. Retrieved from https://edukasi.kompas.com/read/2015/05/28/13262531/Ini.Dia.Rahasia.Sukses.Jepang.Bangun.Kekuatan.Ekonomi.Dunia.?page=all
Westley, D., E. (1987). Imitation and Innovation: The Transfer of Western Organizational Patterns to Meiji Japan. Cambridge, Mass : Harvard University Press.